KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga Makalah dengan judul KERAJAAN
KEDIRI dapat saya selesaikan.
Saya
tetap berharap makalah ini dapat berguna untuk orang lain yang membutuhkan
informasi tentang KERAJAAN KEDIRI. Oleh karena itu, Saya juga berharap anda
puas dengan kajian informasi sederhana yang ada dalam makalah ini. Makalah ini
saya buat sebagai bentuk kepedulian saya akan kurangnya penjelasan materi
tentang KERAJAAN KEDIRI dalam beberapa buku referensi yang telah saya baca sebelumnya. Selain itu,
saya juga berniat membuat makalah ini karena adanya tugas dari guru yaitu
membuat makalah yang berkaitan dengan program studi jurusan IPS.
Akhir
kata, terima kasih ke semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu
yang telah memberiakan bantuan dalam menyusun tugas makalah ini, dan saya
meminta maaf bila makalah ini kurang sempurna. Semoga makalah ini bermanfaat
untuk bagi para pembaca.
Semarang,
4 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................1
Latar
Belakang........................................................................1
Perumusan Masalah..................................................................1
Tujuan......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................2
Pengertian.................................................................................2
Awal Berdirinya Kerajaan Kediri...............................................2
Sumber Sejarah Kerajaan Kediri...............................................2
Letak Lokasi Kerajaan Kediri...................................................3
Masa Perkembangan Kerajaan Kediri ………………………..4
Sistem Pemerintahan Kerajaan Kediri………………………....5
Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaaan Kediri…………….. 8
Runtuhnya Kerajaan Kediri………………………………….. 9
BAB III PENUTUP...............................................................................11
Kesimpulan...............................................................................11
Saran........................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pelajaran sejarah kelas XI kita belajar tentang
kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang pernah berdiri di Indonesia, salah satunya
adalah Kerajaan Kediri. Kerajaan Kediri adalah kerajaan besar di Jawa Timur
yang berdiri pada abad ke-12 tepatnya pada tahun 1042-1222. Kerajaan ini
merupakan bagian dari Kerajaan Mataram kuno. Pusat kerajaannya terletak di
dekat tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang
ramai. Ibukota kerajaan ini adalah Daha (yang berarti kota api), yang terletak
di sekitar kota Kediri sekarang. Untuk lebih jelasnya, saya membuat makalah ini
dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui tentang Kerajaan Kediri, sehingga
pembaca dapat memahami dan mengetahui salah satu kerajaan besar di Jawa Timur.
Perumusan Masalah
Bagaimanakah awal berdirinya kerajaan Kediri?
Apa saja Sumber sejarah kerajaan Kediri?
Dimana letak lokasi kerajaan Kediri?
Bagaimana masa perkembangan kerajaan Kediri?
Bagaimana sistem pemerintahan kerajaan Kediri?
Bagaimana aspek kehidupan masyarakat kerajaaan Kediri?
Apa penyebab runtuhnya kerajaan Kediri?
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini
adalah :
- Umum : Untuk mengetahui tentang berdiri kerajaan Kediri, masa perkembangan dan pemerintahan kerajaan Kediri.
- Khusus : Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengenai materi kelas XI jurusan IPS.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Kerajaan Kediri adalah kerajaan besar di Jawa Timur yang
berdiri pada abad ke-12 tepatnya pada tahun 1042-1222. Kerajaan ini merupakan
bagian dari Kerajaan Mataram kuno. Pusat kerajaannya terletak di dekat tepi
Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai.
Ibukota kerajaan ini adalah Daha (yang berarti kota api), yang terletak di
sekitar kota Kediri sekarang.
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kadiri)
Awal Berdirinya Kerajaan Kediri
Pada tahun 1019 M, Airlangga dinobatkan menjadi raja Medang
Kamulan. Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Medang Kamulan,
setelah kewibawaan kerajaan berahasil dipulihkan, Airlangga memindahkan pusat
pemerintahan dari Medang Kamulan ke Kahuripan. Berkat jerih payahnya, Medang
Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran. Menjelang akhir hayatnya, Airlangga
memutuskan untuk mundur dari pemerintahan dan menjadi pertapa dengan sebutan
Resi Gentayu. Airlangga meninggal pada tahun 1049 M.
Pewaris tahta kerajaan Medang Kamulan seharusnya seorang
putri yaitu Sri Sanggramawijaya yang lahir dari seorang permaisuri. Namun
karena memilih menjadi pertapa, tahta beralih pada putra Airlangga yang lahir
dari selir. Untuk menghindari perang saudara, Medang Kamulan dibagi menjadi dua
yaitu kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan, dan kerajaan Kediri
(Panjalu) dengan ibu kota Dhaha. Tetapi upaya tersebut mengalami kegagalan. Hal
ini dapat terlihat hingga abad ke 12, dimana Kediri tetap menjadi kerajaan yang
subur dan makmur namun tetap tidak damai sepenuhnya dikarenakan dibayang-
bayangi Jenggala yang berada dalam posisi yang lebih lemah. Hal itu menjadikan
suasana gelap, penuh kemunafikan dan pembunuhan berlangsung terhadap pangeran
dan raja – raja antar kedua negara. Namun perseteruan ini berakhir dengan
kekalahan jenggala, kerajaan kembali dipersatukan dibawah kekuasaan Kediri.
Sumber Sejarah Kerajaan Kediri
Prasasti-prasasti menjelaskan kerajaan Kediri antara lain
yaitu:
- Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala.
- Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya.
- Prasasti Sirah Keting (1140) tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Jayawarsa.
- Prasasti yang ditemukan di Tulung Agung Kertosono, Berisi masalah keagamaan (Raja Bameswara 1117-1130 M).
- Prasasti Ngantang (1135 M) tentang Raja Jayabaya memberi hadiah rakyat desa Nganteng sebidang tanah bebas pajak.
- Prasasti Jaring (1181 M) tentang Raja Gandra yang membuat sejumlah nama-nama hewan seperti Kebo Waruga dan Tikus Janata.
- Prasasti Kamulan (1194 M) tentang Raja Kertajaya yang menyatakan bahwa Kediriberhasil mengalahkan musuh di katang-katang.
Selain dari prasasti-prasasti tersebut, ada lagi prasasti
yang lain tetapi tidak begitu jelas. Dan yang banyak menjelaskan tentang
Kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra seperti kitab Kakawin
Bharatayudha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang
kemenangan Kediri (Panjalu) atas Janggala.
Kronik Cina juga banyak memberikan gambaran tentang
kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber
lain. Berita tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-t yang
ditulis oleh Choi-ku-fei tahun 1178 M dan kitab Chi-fan-Chi yang ditulis oleh
Chau-ju-kua tahun 1225 M.
Dan di era 2000-an terdapat penemuan situs tondowongso
tepatnya awal tahun 2007 yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kediri.
Dalam perkembangan politiknya wilayah kekuasaan Kediri masih sama seperti
kekuasaan Raja Airlangga, dan raja-rajanya banyak yang dikenal dalam sejarah
karena memiliki lencana atau lambang tersendiri.Semua peninggalan
sejarah-sejarah tersebut diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak
tentang perkembangan Kerajaan Kediri dalam berbagai aspek kehidupan
Letak Lokasi Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri terdapat di Jawa Timur,
Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri
sekarang.
Masa Perkembangan
Tak banyak yang diketahui mengenai peristiwa di masa-masa
awal Kerajaan Kediri. Raja Kameswara (1116-1136) menikah dengan Dewi Kirana,
puteri Kerajaan Janggala. Dengan demikian, berakhirlah Janggala kembali
dipersatukan dengan Kediri. Kediri menjadi kerajaan yang cukup kuat di Jawa.
Pada masa ini, ditulis kitab Kakawin Smaradahana oleh Mpu Dharmaja, yang
dikenal dalam kesusastraan Jawa dengan cerita Panji. Demikian pula Mpu Tanakung
mengarang kitab Kakawin Lubdaka dan Wertasancaya
Raja terkenal Kediri adalah Jayabaya (1135-1159). Jayabaya
di kemudian hari dikenal sebagai "peramal" Indonesia masa depan. Pada
masa kekuasaannya, Kediri memperluas wilayahnya hingga ke pantai Kalimantan.
Pada masa ini pula, Ternate menjadi kerajaan subordinat di bawah Kediri. Waktu itu
Kediri memiliki armada laut yang cukup tangguh. Beliau juga terkenal karena
telah memerintahan penggubahan Kakawin Bharatayuddha, yang diawali oleh Mpu
Sedah dan kemudian diselesaikan oleh Mpu Panuluh.
Raja Kertajaya yang memerintah (1185-1222), dikenal sebagai
raja yang kejam, bahkan meminta rakyat untuk menyembahnya. Ini menyebabkan ia
ditentang oleh para brahmana. Kertajaya adalah raja terakhir dari kerajaan
Kadiri.
Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang
diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membuka lebih
banyak tabir misteri.
Sistem Pemerintahan Kerajaan Kediri
Sistem pemerintahan kerajaan Kediri terjadi beberapa kali
pergantian kekuasaan, adapun raja – raja yang pernah berkuasa pada masa
kerajaan Kediri adalah:
SRI SAMARAWIJAYA (Putra Airlangga)
Sepeninggal Raja Airlangga dan selama kekuasaan
Samarawijaya, Kerajaan Janggala dan Panjalu tidak pernah hidup berdampingan
secara damai. Perebutan kekuasaan terus berlangsung hingga tahun 1042, Mapanji
Garasakan dapat mengalahkan Samarawijaya. Diabadikanlah nama Raja Mapanji
Garasakan (1042-1052 M) dalam Prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang
Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha (Wisnu Naik Garuda). Namun Mapanji tidak
lama memimpin Kerajaan. Tampuk pemerintahan lalu jatuh ditangan Raja Mapanji
Alanjung Ahyes (1052-1059 M) dan kemudian digantikan lagi oleh Sri Maharaja
Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Janggala dan Panjalu
menyebabkan selama kira-kira 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai
kedua Kerajaan tersebut hingga muncullah nama Raja Sri Maharaja Sri Bameswara
SRI JAYASWARA
Tidak diketahui langsung ia adalah pengganti langsung Sri
Samarawijaya.
SRI BAMESWARA
Raja Sri Maharaja Sri Bameswara (1116-1135 M) dari Kediri
yang menggunakan lancana Candrakapale yaitu tengkorak yang bertaring diatas
bulan sabit. Pada masa pemerintahannya banyak dihasilkan karya-karya sastra
bahkan kiasan hidupnya yang dikenal dalam Cerita Panji.
SRI JAYABHAYA
Bameswara diganti oleh Sri Maharaja Sri Jayabhaya (1135-1159
M) yang menggunakan lencana Kerajaan berupa lencana Narasingha yaitu setengah
manusia setengah singa.
Pada masa pemerintahannya Kerajaan Kediri mencapai puncak
kejayaan dan juga banyak dihasilkan karya sastra terutama ramalannya tentang
Indonesia antara lain akan datangnya Ratu Adil. Jayabhaya disebut sebagai
penjelmaan Dewa Wisnu. Ketika ia berkuasa, pertentangan dengan Janggala
berakhir setelah ia dapat menguasai Kerajaan tersebut. Atas kemenangan tersebut
ia memperingatinya dengan memerintahkan Mpu Sedah untuk menggubah Kakawin
(syair) Bharatayudha sebagai peringatan atas peperangan Kediri dan
Janggala. Karena Mpu Sedah tidak sanggup menyelesaikan Kakawin tersebut, Mpu
Panuluh melanjutkan dan menyelesaikannya pada tahun 1157 M. Jayabhaya juga
terkenal akan ramalannya yang sering disebut Jangka Jayabhaya.
Meskipun demikian, kenyataannya 2 pujangga yang hidup
sezaman dengan Prabu Jayabhaya, yakni Mpu Sedah dan Mpu Panuluh sama sekali
tidak menyebut dalam kitab-kitab mereka ( Kakawin Bharatayudha, Kakawin
Hariwangsa, Kakawin Gatotkacasraya) bahwa Prabu Jayabhaya memiliki karya tulis.
Kakawin Bharatayudha hanya menceritakan peperangan antara Kediri dan Janggala.
Sedangkan Kakawin Hariwangsa dan Kakawin Gatotkacasraya berisi tentang cerita
ketika sang Prabu Kresna, titisan batara Wisnu ingin menikah dengan Dewi
Rukmini, dari negri Kundina, putri Bismaka. Rukmini sendiri adalah titisan dari
Dewi Sri.
Kakawin Bharatayudha yang digubah oleh 2 pujangga
Kediri merupakan kisah perang saudara yang diilhami kitab Mahabharata karangan
Wyasa Kresna Dwaipayana, seorang pujangga India. Kitab tersebut mengisahkan
perang perebutan takhta Kerajaan Hastinapura di antara keluarga Kurawa dan
Pandawa yang dimenangkan oleh Pandawa.
Ramalan Jayabhaya atau sering disebut dengan Jangka
Jayabhaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya
ditulis oleh Jayabhaya, raja Kerajaan Kediri. Ramalan ini dikenal pada
khususnya dikalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun temurun
oleh para pujangga. Asal usul utama serat Jangka Jayabhaya dapat dilihat di
kitab Musasar yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan
keasliannya tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yang menuliskan
bahwasanya Jayabhaya-lah yang membuat ramalan-ramalantersebut. Isinya :
- Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran -- kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda
- Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang -- perahu berjalan di angkasa
- Kali ilang kedhunge -- sungai kehilangan mata air
- Sekilan bumi dipajeki -- Sejengkal tanah dikenai pajak.
- Wong wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.
SRI SARESWARA
Sepeninggal Jayabhaya, Kerajaan Kediri dipimpin oleh
Sareswara (1159-1169 M). tidak banyak yang diketahui mengenai raja ini sebab
terbatasnya peninggalan yang ditemukan. Ia memakai lencana Kerajaan berupa
Ganesha.
SRI ARYESWARA
Sepeninggal Sareswara, Kerajaan Kediri berurut-turut
dipimpin oleh Aryyeswara, Kroncaryyadipa. Kemudian pemerintahan Kerajaan jatuh
ditangan Raja Kameswara
SRI GANDRA
Terdapat sesuatu yang menarik pada masanya. Yaitu untuk
pertama kalinya didapatkan orang-orang terkemuka mempergunanakan nama-nama
binatang sebagai namanya yaitu seperti Kebo Salawah, Manjangan Puguh, macan
Putih, gajah Kuning dan sebagainya.
SRI KAMESWARA
Raja Kameswara (1182-1185 M) selama beberapa waktu tidak ada
berita yang jelas mengenai Raja Kediri hingga ia muncul. Masa pemerintahan ini
ditulis dalam Kitab Kakawin Smaradhana oleh Mpu Darmaja yang berisi pemujaan
terhadap raja, serta Kitab Lubdaka dan Wretasancaya yang ditulis oleh Mpu Tan
Akung. Kitab Lubdaka bercerita tentang seorang pemburu yang akhirnya masuk
surga dan Wretasancaya yang berisi petunjuk mempelajari tembang Jawa Kuno. Pada
masa ini perkembangan karya sastra mencapai puncak kejayaannya. Beberapa karya
sastra yang muncul selain yang disebut diatas antara lain Kitab Kresnayana,
karya Mpu Triguna ; Kitab Sumanasantaka, karya Mpu Managuna.
KERTAJAYA
Selanjutnya pada tahun 1185-1222 M yang menjadi raja Kediri
adalah Kertajaya dan raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda
Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak
disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi
pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi
penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaaan Kediri
KEHIDUPAN EKONOMI KERAJAAN KEDIRI
Kediri merupakan Kerajaan agraris maritim. Perekonomian
Kediri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan dan pertanian untuk
masyarakat yang hidup di daerah pedalaman. Sedangkan yang berada di pesisir
hidupnya bergantung dari perdagangan dan pelayaran. Mereka telah mengadakan
hubungan dagang dengan Maluku dan Sriwijaya. Kediri terkenal sebagai penghasil
beras, kapas dan ulat sutra. Kerajaan Kediri cukup makmur, hal ini terlihat
pada kemampuan Kerajaan yang memberikan penghasilan tetap pada para pegawainya
walaupun hanya dibayar dengan hasil bumi. Keterangan tersebut berdasarkan kitab
Chi-fan-Chi (1225) karya Chau Ju-kua mengatakan bahwan Su-ki-tan yang
merupakan bagian dari She-po(Jawa) telah memiliki daerah taklukkan. Para ahli
memperkirakan Su-ki-tan adalah sebuah Kerajaan yang berada di Jawa Timur, dan
yang tak lain dan tak bukan adalah Kerajaan Kediri. Mungkin juga
Su-ki-tan sebagai kota pelabuhan yang telah dikenal para pedagang dari
luar negeri, termasuk Cina.
Pemerintahannya sangat memperhatikan keadaan rakyatnya
sehingga pertanian, perdagangan dan peternakan mengalami kemajuan yang cukup
pesat.
Golongan dalam masyarakat Kediri dibedakan menjadi tiga
berdasarkan kedudukan dalam pemerintahan kerajaan, yaitu :
- Golongan masyarakat pusat(kerajaan) : masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
- Golongan masyarakat tani (daerah) : golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah tani (daerah).
- Golongan masyarakat nonpemerintah : golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintahan secara resmi atau masyarakat wiraswasta.
Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang mencatat dan mengurus
semua penghasilan Kerajaan. Disamping itu ada 1000 pegawai rendahan yang
bertugas mengurusi benteng dan parit kota serta gedung persediaan makanan.
KEHIDUPAN SOSIAL KERAJAAN KEDIRI
Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena
kesejahteraan rakyat meningkat, masyarakat hidup tenang. Dalam kitab
Ling-wai-tai-ta (1178) karya Chou-Ku-fei yang menerangkan bahwa orang-orang
Kediri memakai kain sampai lutut, rambutnya di urai, rumah-rumah telah teratur
dan bersih, lantai ubinnya berwarna hijau dan kuning. Pertanian dan perdagangan
telah maju, orang-orang yang salah didenda dengan emas. Pencuri dan perampok
dibunuh, telah digunakan mata uang perak, orang sakit tidak menggunakan obat tapi
memohon kesembuhan pada Dewa atau kepada Buddha. Tiap bulan ke-5 diadakan pesta
air, alat musik yang digunakan berupa seruling, gendang, dan gambang dr kayu.
Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka seni dapat berkembang
antara lain kesusastraan yang paling maju adalah seni sastra terutama Jawa
kuno. Namun, karya-karya sastra pada masa Kerajaan Kediri kurang mengungkap
keadaan pemerintahan dan masyarakat pada zamannya. Pada masa Kameswara
perkembangan karya sastra mencapai puncak kejayaannya.
KEHIDUPAN BUDAYA KERAJAAN KEDIRI
Abad ke-12 M memiliki arti yang sangat penting dalam masa
selanjutnya. Kerajaan Kediri banyak meninggalkan pelajaran untuk mengembangkan
kerajaannya diantaranya :
- Suatu negara bisa maju jika kondisi ekonomi stabil.
- Keadaan politik harus stabil agar kekuatan bangsa tidak kurang.
- Kehidupan kebudayaan harus diperluas, untuk menambah keyajaan bangsa.
Adapun karya sastra yang dihasilkan pada masa kereajaan
Kediri, yaitu :
- Kresnayana, dari zaman pemerintahan Raja jayawarsa.
- Bharatayuda, karangan Empu sedah dan Empu Panuluh.
- Arjuna Wiwaha, karangan Empu Kanwa.
- Hariwangsa, karangan Empu Panuluh.
- Bhamakarya, pengarangnya tidak jelas.
- Smaradhana, karangan Empu Dharmaja.
- Wartasancaya dan Lubdhaka karangan Empu Tanakung.
Runtuhnya Kerajaan Kediri
Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai
lencana Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana,
sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa
pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal
inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan itu disebabkan Kertajaya dianggap telah
melanggar adat dan memaksa kaum brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para
Brahmana kemudian meminta perlindungan pada Ken Arok di Singosari. Kebetulan
Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan Tumapel (Singosari) yang dulunya
merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah pertempuran antara prajurit
Kertajaya dan pasukan Ken Arok di desa Ganter. Dalam peperangan ini,
pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan prajurit Kertajaya. Dengan demikian
berakhirlah masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat itu menjadi bawahan Kerajaan
Singosari. Runtuhnya kerajan Panjalu-Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya
dikisahkan dalam Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu
wilayah dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha,
putra Kertajaya sebagai Bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya
yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan oleh putranya ,
yaitu Jayakatwang. Tahun 1292 Jayakatwang menjadi bupati geleng-geleng. Selama
menjadi bupati, Jayakatwang memberontak terhadap Singosari yang dipimpin oleh
Kertanegara, karena dendam di masa lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajaya
dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang
membangun kembali Kerajaan Kediri, namun hanya bertahan satu tahun. Hal itu
terjadi karena adanya serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol
dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisa kami dari sejumlah referensi yang saya
baca, saya dapat menyimpulkan beberapa hal tentang Kerajaan Kediri yaitu :
- Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan yang besar yang pernah berkuasa di Nusantara.
- Kerajaan Kediri sudah ada sebelum Raja Airlangga membagi Kerajaan Mataram Kuno menjadi dua bagian.
- Kerajaan Kediri sempat menjadi kerajaan yang kaya dan disegani di Asia.
- Kerajaan Kediri mengalami 2 kali pendirian masa, yang pertama saat Airlangga membagi Kerajaan Mataram Kuno, yang kedua saat Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara.
Saran
Dalam hal ini saya menyarankan agar kita tetap mengingat
kata dari bung Karno beliau berkata “JASMERAH” jangan lupakan sejarah, Maka
kita sebagai penerima warisan (sejarah) hendaknya kita lebigh giat lagi mencari
pengetahuan mengenai sejarag-sejarah masa lampau. dengan demikian kita akan
bisa menambahkan rasa prtiotisme, yang sebagai pemuda-pemudi bangsa sangat
penting memiliki jiwa cinta tanah air, guna membangun bangsa yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/88287745/Kerjaan-Kediri-Dan-Singosari
Terima kasih telah menempatkan blog pribadi saya di daftar pustaka / sebagai resensi.
BalasHapusSemoga semakin maju. dan sukses selalu
ijin copas gan...sangat beranfaat...
BalasHapusIzin copas ya,,, nglengkapin tgas nih :)
BalasHapusMaaf banget .. izin copy paste , lagi ada tugas nih :)
BalasHapusizin copas coyyy
BalasHapusbagus sekali...menanbah wawasan sejarah nusantara nan luhur
BalasHapusmanfaat kerajaan kediri ini apa ?
BalasHapuskarya sastra kerajaan kediri apa ?
BalasHapushasil seni kerajaan kediri apa ?
bedanya apa ?